WEEKLY MARKET RECAP 10 Oktober - 14 Oktober 2022
Oleh: Kelompok Studi Ekonomi dan Pasar Modal (KSEP) ITB
View PDF
17 Oct 2022

Pada minggu ke-2 bulan Oktober ini IHSG mengalami penurunan, yakni penurunan sebesar 3,02% ke posisi 6.814,53 dengan titik tertinggi 7.026,78 dan titik terendah 6.814,53.

Frekuensi transaksi bursa pada minggu ini sebesar 5.927,994 kali, turun 4,82% dibandingkan minggu lalu. Demikian pula nilai transaksi mingguan bursa turun 7,09% menjadi Rp60,02. Namun, terjadi peningkatan rata-rata  volume transaksi bursa 2,72% menjadi 120,26 miliar saham dari 117,08 miliar saham sepekan sebelumnya.

Highlight

Salim Group Masuk BUMI, Potensi Harga Melesat

PT Bumi Resources Tbk (BUMI) mendapat restu pemegang saham untuk private placement senilai Rp 24 triliun, dengan pembeli utama dari Grup Salim. Berdasarkan hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) hari ini Grup Salim milik Anthony Salim masuk ke BUMI melalui dua perusahaan cangkang yakni Mach Energy Limited (MEL) dan Trasure Global Investments Limited (TGIL). MEL mengambil 85 persen dari saham yang dilepas BUMI, sementara TGIL mengambil 15 persen sisanya.

Presiden Direktur BUMI Adika Nuraga Bakrie juga menyebutkan, masuknya Grup Salim juga akan dimanfaatkan BUMI untuk ekspansi ke sektor non-batu bara di antaranya ke industri amonia sejalan dengan rencara pemerintah dalam program Beyond Coal 2030.

Direktur Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma mengatakan, saat ini BUMI divaluasi jauh di bawah rata-rata peers-nya yaitu sebesar US$1,15 per mt, jauh lebih rendah dari ADRO US$5,63 per mt dan ITMG us$6,73 per mt. Oleh karena itu, BUMI merekomendasikan dengan target harga di Rp 305

Kurs Rupiah Tembus 15.000 per Dollar AS

Niai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) alias USD masih dalam tren pelemahan. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah melemah 0,43% menjadi Rp 15.427 per dollar AS pada perdagangan Jumat (14/2).

Analisis DCFX Futures Lukman Leong memprediksi, sampai dengan akhir tahun 2022, rupiah masih sangat berpotensi melanjutkan pelemahannya ke kisaran Rp 15.800. Bahkan, dalam sekenario terburuk, pelemahan rupiah bisa melewati Rp 16.000 per dollar AS.

Pasar memprediksi The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya sebanyak dua kali dalam sisa dua pertemuan di tahun ini. Masing-masing kenaikannya diperkirakan sebesar 75 basis poin (bps).

Sentiment negatif lainnya juga berasal dari ekspektasi inflasi yang akan meningkat serta kekhawatiran terhadap resesi global. Di sisi lain, sentiment positif berasal dari surplus neraca perdagangan Indonesia yang masih kuat, serta beberapa data ekonomi yang masih positif, seperti pertumbuhan ekonomi dan penjualan ritel. Untuk menghadapi potensi pelemahan rupiah lebih lanjut. Lukman berharap bank Indonesia dapat melakukan pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif.