CLOSE
Pada minggu ke-2 bulan Oktober ini IHSG mengalami penurunan, yakni
penurunan sebesar 3,02% ke posisi 6.814,53 dengan titik tertinggi 7.026,78 dan
titik terendah 6.814,53.
Frekuensi transaksi bursa pada minggu ini sebesar 5.927,994 kali,
turun 4,82% dibandingkan minggu lalu. Demikian pula nilai transaksi mingguan
bursa turun 7,09% menjadi Rp60,02. Namun, terjadi peningkatan rata-rata
volume transaksi bursa 2,72% menjadi 120,26 miliar saham dari 117,08 miliar
saham sepekan sebelumnya.
Highlight
Salim Group Masuk BUMI, Potensi
Harga Melesat
PT Bumi Resources Tbk (BUMI) mendapat restu pemegang saham untuk
private placement senilai Rp 24 triliun, dengan pembeli utama dari Grup Salim.
Berdasarkan hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) hari ini Grup Salim
milik Anthony Salim masuk ke BUMI melalui dua perusahaan cangkang yakni Mach
Energy Limited (MEL) dan Trasure Global Investments Limited (TGIL). MEL
mengambil 85 persen dari saham yang dilepas BUMI, sementara TGIL mengambil 15
persen sisanya.
Presiden Direktur BUMI Adika Nuraga Bakrie juga menyebutkan,
masuknya Grup Salim juga akan dimanfaatkan BUMI untuk ekspansi ke sektor
non-batu bara di antaranya ke industri amonia sejalan dengan rencara pemerintah
dalam program Beyond Coal 2030.
Direktur Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma mengatakan, saat
ini BUMI divaluasi jauh di bawah rata-rata peers-nya yaitu sebesar US$1,15 per
mt, jauh lebih rendah dari ADRO US$5,63 per mt dan ITMG us$6,73 per mt. Oleh
karena itu, BUMI merekomendasikan dengan target harga di Rp 305
Kurs Rupiah Tembus 15.000 per Dollar AS
Niai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) alias USD
masih dalam tren pelemahan. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah melemah 0,43%
menjadi Rp 15.427 per dollar AS pada perdagangan Jumat (14/2).
Analisis DCFX Futures Lukman Leong memprediksi, sampai dengan akhir
tahun 2022, rupiah masih sangat berpotensi melanjutkan pelemahannya ke kisaran
Rp 15.800. Bahkan, dalam sekenario terburuk, pelemahan rupiah bisa melewati Rp
16.000 per dollar AS.
Pasar memprediksi The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya sebanyak
dua kali dalam sisa dua pertemuan di tahun ini. Masing-masing kenaikannya
diperkirakan sebesar 75 basis poin (bps).
Sentiment negatif lainnya juga berasal dari ekspektasi inflasi
yang akan meningkat serta kekhawatiran terhadap resesi global. Di sisi lain, sentiment
positif berasal dari surplus neraca perdagangan Indonesia yang masih kuat,
serta beberapa data ekonomi yang masih positif, seperti pertumbuhan ekonomi dan
penjualan ritel. Untuk menghadapi potensi pelemahan rupiah lebih lanjut. Lukman
berharap bank Indonesia dapat melakukan pengetatan kebijakan moneter yang lebih
agresif.